Menurut saya, tema diatas layak untuk
diteliti. Dan saya akan memberikan gambaran singkat saja dan tidak akan memberikan
penjelasan rinci berupa angka atau data. Apabila ada yang tertarik untuk
meneliti lebih lanjut ya monggo dicari sendiri ya datanya hehehe.
Akhir-akhir ini memang masyarakat
Indonesia secara individu dihadapkan pada kondisi yang kurang menguntungkan,
tetapi apabila dilihat dari dampak sisi makro hal ini memberikan keuntungan
bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dari sumber www.depkeu.go.id
bahwa ruang lingkup keuangan negara terdiri dari :
1. Penerimaan negara;
2. Pengeluaran negara;
3. Hutang dan pinjaman negara;
4. Kebijakan keuangan yang terdiri dari
kebijakan fiscal, moneter dan kebijakan keuangan internasional dan mengelola
hutang pemerintah.
Coba kita analisa…check it dot..
KEUANGAN
NEGARA
↓
PENERIMAAN
NEGARA ≥ PENGELUARAN
NEGARA
↓
NEGARA SEJAHTERA → MASYARAKAT
SEJAHTERA
Tetapi apabila pada kondisi
KEUANGAN
NEGARA
↓
PENERIMAAN
NEGARA ≤ PENGELUARAN NEGARA
↓
NEGARA TIDAK/KURANG SEJAHTERA→
MASYARAKAT TIDAK SEJAHTERA
↓
MUNCUL
HUTANG NEGARA ATAU
KEBIJAKAN PEMERINTAH (PRO/KONTRA)
↓
GEJOLAK MASYARAKAT
Dari gambaran diatas memperlihatkan
bahwa kondisi bangsa kita adalah membutuhkan banyak penerimaan negara untuk mencukupi semua pengeluaran negara. Kita tahu bahwa sekarang ini pemerintah lagi
gencar-gencarnya melakukan perbaikan infrastruktur terutama di daerah-daerah
atau pulau-pulau diluar pulau jawa dimana terdapat ketimpangan di segala
bidang. Yang paling menonjol adalah bidang sosial dan ekonomi.
Menurut analisa saya, saat ini
pemerintah ingin mengurangi tingkat hutang negara yaitu dengan mengeluarkan
beberapa kebijakan yang tidak popular. Yaitu menaikkan harga BBM, tariff listrik
dan tarif kendaraan bermotor. Memang dilema jika kita jd pemangku negara ketika
masyarakat dalam kondisi yang cukup sulit tetapi sektor riil seperti BBM dan
listrik naik.
Sebagai masyarakat kita kudu menyadari
dan berpikir secara jernih. Kita masyarakat dituntut untuk pandai dalam
menyikapi setiap kebijakan pemerintah. Kita boleh beragumen, boleh berdemo asal
tidak anarkis. Tetapi apakah kita sudah menganalisa lebih lanjut kenapa
pemerintah melakukan hal ini.
Kebijakan kenaikan BBM, tarif listrik
dan tarif kendaraan bermotor menurut
saya adalah kebijakan statis dimana kebijakan ini langsung berdampak ke
masyarakat dalam kurun waktu yang tidak lama. Dampaknya pun langsung di rasakan oleh masyarakat.
Tetapi pada akhirnya masyarakat juga akan legowo dan akan mampu memenuhi
kebutuhannya.
Coba deh bayangkan,,, rakyat di luar
pulau jawa untuk mendapatkan 1 liter BBM mereka bisa merogoh kocek hingga
puluhan sampai ratusan ribu. Hal ini karena apa?? Karena supply dan distribusi
ke luar pulau jawa sangat tidak mudah. Bahan keperluan pokok lain pun juga
demikian. Coba deh pikirkan hal ini.
Tetapi kalau pemerintah menggunakan
kebijakan hutang maka hal ini kebijakan non statis karena msyarakat tidak akan
berdampak secara langsung dalam waktu dekat tetapi dampaknya adalah tahun-tahun
kedepan. Anak cucu kita bahkan. Apakah kita ingin anak cucu kita nanti
terbebani dengan hutang-hutang yang mereka tidak nikmati?? Coba deh
dipikirkan..
Indikator kenaikan hutang negara yang
utama adalah adanya pendapatan negara dalam hal ini PDB (Pendapatan Domestik
Bruto) tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan (pengeluaran) di dalam
negeri. Sehingga untuk mencukupinya pemerintah melakukan hutang ke luar negeri.
Kita sebagai masyarakat yang cinta
damai bisa berpikir logis..insyallah kita akan mampu hidup meski pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang tidak popular ini.
Kita tidak boleh egois, karena dengan
perbaikan infrastruktur maka semua akan merata dalam pemerataan disegala sektor
kehidupan.
Semoga bangsa Indonesia selalu jaya
dan rakyatnya sejahtera amin.
Ini hanyalah argument saya, jika ada
yang kurang setuju ya silahkan saja, karena setiap pribadi boleh menyampaikan
argument dengan cara yang lebih keren *senyum
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar